Aku adalah makhluk yang suka makan tumbuh-tumbuhan bahkan tadi aku makan mentimun segar dari kebun pak tani, sebenarnya aku sangat tertarik makan daging tapi kata ibuku dulu itu melawan hukum alam. Aneh memang padahal kami para hewan tidak dituntut untuk taat hukum. Ya sudahlah daripada dijauhi teman-teman, aku malah makin soliter.
Mungkin nanti aku akan membuat bingung para hewan, mungkin aku dikira omnivor padahal tidak demikian. Aku kancil yang mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi dan visioner, aku tidak suka mengikuti hal-hal yang umum. Ya aku pun ingin tampil beda hehehe. Kalau kancil lain suka menipu aku suka berlaku jujur seperti Yudistira, salah satu personil pandawa yang paling tua. Karena aku yakin makhluk jujur disayang Tuhan dan rejeki tidak akan lari.
Mungkin nanti aku akan membuat bingung para hewan, mungkin aku dikira omnivor padahal tidak demikian. Aku kancil yang mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi dan visioner, aku tidak suka mengikuti hal-hal yang umum. Ya aku pun ingin tampil beda hehehe. Kalau kancil lain suka menipu aku suka berlaku jujur seperti Yudistira, salah satu personil pandawa yang paling tua. Karena aku yakin makhluk jujur disayang Tuhan dan rejeki tidak akan lari.
Ya aku sudah diberi jatah rejeki, bagaimana denganmu? Seperti pengalaman yang pernah kualami. Pengalaman yang sungguh terpuji itu terjadi sebulan yang lalu, itulah yang membuatku menjadi tampil beda. Pada saat itu hutan kami kian lama kian berkurang dan sampai sekarang masih terjadi penyusutan hutan. Kami para hewan kesulitan mencari makan untuk memenuhi nafsu kami. Spesies lain ada yang mengungsi ke hutan yang lebih dalam dan lebih lebat, ada pula yang masuk perkampungan Homo Sapiens atau bahasa umumnya manusia. Begitulah caraku bertahan hidup, ini bukan hanya sekedar untuk memenuhi urusan perut, tapi juga sebagai bentuk protes, jikalau saja ada advokat, mungkin sudah kami tuntut ke pengadilan. Sayangnya di hutan kami tidak ada yang sekolah, paling juga si Maung (macan), yang lulusan sekolah sirkus, sekarang sudah bekerja di Taman Safari Indonesia bersama pawangnya. Gajinya 10 Kg daging segar.
Seperti biasa, pada malam hari aku biasa beraksi mencuri mentimun di kebun pak tani, tapi pada malam ke limabelas diriku melihat seekor kura-kura di dalam kurungan ayam. Tanyaku kepadanya “Apa yang kau lakukan sehingga kau dikurung wahai kura-kura?”.
“Aku kan sedang menunggu hari spesialku besok” jawabnya.
“Hari spesial apa?” tanyaku lagi.
“Besok pak tani akan memberiku makanan yang sangat lezat” katanya.
Aku ingat akan cerita para orangtua dulu bahwa dulu ada seekor kancil yang ditipu kura-kura yang berada di dalam kurungan ayam untuk bertukar tempat. Mengingat akan hal itu, aku berniat meninggalkannya tapi kasihan kepadanya, dia pun sama sepertiku ingin mencari makan, karena dirinya lambat maka dengan mudah pak tani menangkapnya. Aku pun berniat membebaskannya. “Sepertinya kau baru tertangkap karena mencuri, sini kubuka kurunganmu!” kataku menawarinya.
Air mata kura-kura itu bercucuran ketika kutawarkan bantuan dia pun berterimakasih kepadaku, “Hu…hu… hiks hiks, terimakasih wahai kancil, padahal aku mau menjebakmu supaya tidak disembelih besok”. Tiba-tiba pak tani keluar dari rumah sambil membawa golok, aku terkejut dan tentu saja aku juga kaget. Seketika itu aku pun pergi dan meninggalkan si kura-kura di rumah pak tani.
“Aku kan sedang menunggu hari spesialku besok” jawabnya.
“Hari spesial apa?” tanyaku lagi.
“Besok pak tani akan memberiku makanan yang sangat lezat” katanya.
Aku ingat akan cerita para orangtua dulu bahwa dulu ada seekor kancil yang ditipu kura-kura yang berada di dalam kurungan ayam untuk bertukar tempat. Mengingat akan hal itu, aku berniat meninggalkannya tapi kasihan kepadanya, dia pun sama sepertiku ingin mencari makan, karena dirinya lambat maka dengan mudah pak tani menangkapnya. Aku pun berniat membebaskannya. “Sepertinya kau baru tertangkap karena mencuri, sini kubuka kurunganmu!” kataku menawarinya.
Air mata kura-kura itu bercucuran ketika kutawarkan bantuan dia pun berterimakasih kepadaku, “Hu…hu… hiks hiks, terimakasih wahai kancil, padahal aku mau menjebakmu supaya tidak disembelih besok”. Tiba-tiba pak tani keluar dari rumah sambil membawa golok, aku terkejut dan tentu saja aku juga kaget. Seketika itu aku pun pergi dan meninggalkan si kura-kura di rumah pak tani.
Pada saat aku lari terdengar perkataan dari mulut pak tani yang marah-marah membentak ” G*blog sia anj*ng!!! mun beunang dipencit sia ku aing (G*blok kamu anj*ng!!! kalau kamu kena disembelih sama saya) “. Entah mengapa dia memanggilku anjing padahal bukan dan jelas-jelas tadi aku berusaha mencuri mentimun, dan sungguh malang pula nasib si kura-kura besoknya.
Di tengah-tengah pelarian itu aku berhenti sejenak untuk menghela nafas, di belakang rumah tetangganya pak tani, jaraknya kalau tidak salah 5 rumah. Pada saat itu terdengar suara yang menggugah rasa penasaranku, dari arah suara itu ada pancaran cahaya pula yang mengarah ke jendala. Aku intip ke dalam untuk melihat sumber suara dan cahaya itu. Oh ternyata ada seorang manusia yang sedang menonton televisi. Dia sedang menonton film dokumenter tentang Mahatma Gandhi salah seorang tokoh terkenal dari India. Di film itu disebutkan bahwa dia seorang pejuang yang tidak mengedepankan kekerasan dalam perjuangannya, aku merasa itu suatu perbuatan mulia. Tak lama kemudian orang itu memindahkan cenelnya, dan berganti menjadi film Robin Hood, dia dikisahkan sebagai pencuri yang suka bersedekah dari hasil curiannya.
Aku pun terinspirasi untuk membuat suatu gerakan pembaharuan dalam mendapatkan makanan. Setelah menonton dan kembali pulang ke hutan, aku menyusun sebuah rencana untuk mendapatkan makanan dengan cara meminta kepada manusia, aku berharap mereka tidak marah dengan kedatanganku yang cinta damai.
Pada hari besoknya pagi-pagi aku bergegas pergi ke desa dari hutan. Sesampainya disana, aku mulai mendatangi tempat pertama, disana ada kebun wortel dan tomat. Ketika ku menginjakkan kaki disana, orang-orang di kebun itu memandangiku dengan pandangan tajam. Aku mengeluarkan suara yang kalau diterjemahkan ke bahasa manusia, aku meminta ijin untuk minta sedikit makanan. Mereka memandangku keheranan, agar tidak heran aku mendekati tanaman wortel dan mendekatkan mulutku ke wortel sambil mengeluarkan suaraku yang sama. Mereka seketika jadi marah dan melempariku dengan batu. Aku pun lari tunggang langgang, lalu aku pun mencari tempat lain atau kebun lain. Keadaannya masih sama, aku terusir dari sana. Walau begitu aku tidak langsung menyerah. Di tempat berikutnya aku menemukan sekelompok orang yang berbeda pakaiannya dengan petani kebanyakan, mereka menggunakan almamater, terdiri dari pria dan wanita. Mereka sedang belajar bertani agaknya namun tidak semua, karena ada dua orang dari mereka jaraknya agak jauh sedang mengadukan bibir mereka kemudian di tengah-tengah itu mereka melakukannya secara berguling-guling. Ah sudahlah, bangsa kami tidak mengenal itu. Ketika ku datang, mereka menatapku keheranan namun berkekspresi agak senang terutama yang wanita. Salah satu dari mereka berteriak “ada kancil!! ada kancil!! lucu banget”. Mereka pun menghampiriku dan mengerumuniku serta mengelusku, wow baru kali ini aku mendapat perlakuan teladan dari manusia.
Sesuai dengan rencanaku, tidak sedikit dari mereka yang memberiku makan, lezat sekali. Sebelum aku tidak bisa bergerak karena kekenyangan, aku berusaha mencari keranjang atau kresek, tidak jauh dari tempatku makan dan menghirup oksigen, aku melihat kantong kresek. Aku segera bergerak untuk mengambilnya, setelah mengambil kantong kresek, aku menghampiri manusia-manusia beralmamater tersebut. “Kayaknya dia mau minta makan buat persediaan deh”, kata salah seorang manusia berjenggot. Kemudian mereka pun memberikanku makanan, makanannya pun bermacam-macam ada sayur, ada buah bahkan ada makanan yang berbentuk kotak berwarna putih pinggirnya berwarna coklat entah apa warnanya. Tak hanya makanan, salah satu dari mereka ada memberiku minum tapi bukan air yang biasa aku minum, entah apa namanya, arinya berwarna merah tapi bukan darah lho, aku tahu ciri-ciri darah bagaimana.
Hari itu aku pulang ke hutan gembira sekali, kantong kresekku penuh makanan dan 1 jenis air dalam botol. Sesampainya di hutan aku membagikan makanan yang kubawa pada binatang-binatang. “Wah kau baik sekali, terimakasih kancil”, kata seekor burung.
Selama sebulan aku melakukan itu, walaupun tidak tiap hari, Hanya satu yang belum kuberi pada mereka atau kukonsumsi sendiri, yaitu air merah dalam botol, botolnya warna hijau. Ya nanti sajalah, sepertinya harus diminum di waktu yang tepat. Begitulah keseharianku sekarang, aku suka bersedekah sesama hewan darat air dan udara. Sekian ceritaku.
Karena si kancil terlalu baik terhadap hewan-hewan yang ada di hutan, mereka menjadi semakin malas mencari makan sendiri, banyak dari mereka hanya menunggu makanan yang dibawa si kancil. Permintaan mereka semakin banyak dan membuat si Kancil kewalahan. Dia semakin lelah bolak-balik ke hutan dan ke desa. Suatu hari sekitar jam satu siang dia sangat kelelahan setelah membawa makanan, dan dia jauh dari sungai yang mengalir. Si kancil ingat akan air di dalam botol yang ia dapatkan dari mahasiswa, tak pikir panjang dia pun langsung meneguknya sampai habis. Tak lama setelah ia minum air itu, dia merasa pusing tujuh keliling, mungkin bila digambarkan ada burung terbang memutari kepalanya disertai bintang.
Dia jadi berhalusinasi, di dalam pikiran bawah sadarnya keadaan di sekitar dia menjadi sangat aneh. Dia merasa ada yang memanggil, dia pergi ke arah suara itu. Semakin dekat suaranya semakin keras, setelah sampai ternyata yang memanggil adalah orang yang memberikan minuman aneh kepada dia, orang itu sedang minum dengan minuman yang sama dengan yang diberikan kepada si kancil dan ia pun mabuk. Ia pun tertawa setelah melihat kedatangan si kancil, “Heh kesini ada minuman nih biar kuat”, tawar orang itu sambil sempoyongan. Si kancil yang masih lelah segera mendekat. Begitu mendekat orang itu menjadi punya taring seperti harimau, matanya bersinar merah, suaranya pun jadi suara harimau. Si kancil terkejut melihat itu, tapi ia masih ingin meneguk minuman itu. Ketika ia akan diberi minuman, orang itu malah meminumnya ternyata dia jahil juga. Seketika setelah ia minum kulitnya mengelupas, dan tulangnya kelihatan.
Tak lama kemudian dia pun menjadi tangkorak yang bersimbah darah. Si kancil lari ketakutan tanpa arah yang jelas. Ketika dia mulai merasa aman, dia sampai di sebuah padang rumput yang luas yang dia tidak pernah lihat sebelumnya. Disana dia melihat banyak hewan yang belum pernah dia lihat juga keberadaannya di hutan tempat dia tinggal. Dia melihat kuda tapi belang bagaikan harimau. Melihat binatang yang sangat panjang lehernya. Dia bertanya kepada hewan berleher panjang itu, “Dimana ini?”. “Ini adalah savana, kau di benua Afrika”, jawabnya. Tiba-tiba segerombolan binatang berteriak “BAHAYA… BAHAYA… ada singa !!!”. Seketika itu pun mereka berlari, dia sangat terkejut melihat hewan yang sangat banyak berlari, dia pun ikut meyelamatkan diri bersama mereka. Tapi dia kalah cepat, dan akhirnya tertinggal, dia pun mencari tempat sembunyi dari kejaran kawanan singa. Dia melihat semak belukar, lalu masuk kesitu. Tetapi tak lama dia disana, tanaman itu pergi. Si kancil merasa keheranan melihatnya, tak mau berlama-lama memikirkan itu dia pun masuk semak lagi, dan hal yang sama terjadi. Berulang kali ia melakukan itu akhirnya ia pasrah, para singa pun sudah mengepung.
Seekor singa jantan langsung membuka mulutnya lebar sekali, dan langsung menelan si kancil. Ketika masuk ke dalam tubuh si singa, dia merasa seperti di dalam sebuah perosotan yang ada di waterboom, sekelilingnya berwarna merah dan memuncratkan darah. Ketika sampai di ujung perosotan itu, tibalah ia di sebuah taman bergaya jepang. Di atasnya ada sebuah cahaya, ternyata ada seekor monyet berbulu putih berekor 9 berwajah merah berambut seperti bob marley sambil duduk memainkan gitar di atas awan yang mengapung.
Seekor singa jantan langsung membuka mulutnya lebar sekali, dan langsung menelan si kancil. Ketika masuk ke dalam tubuh si singa, dia merasa seperti di dalam sebuah perosotan yang ada di waterboom, sekelilingnya berwarna merah dan memuncratkan darah. Ketika sampai di ujung perosotan itu, tibalah ia di sebuah taman bergaya jepang. Di atasnya ada sebuah cahaya, ternyata ada seekor monyet berbulu putih berekor 9 berwajah merah berambut seperti bob marley sambil duduk memainkan gitar di atas awan yang mengapung.
“Siapa kamu?” Tanya kancil keheranan. “Hehehe… kau yang siapa wahai binatang aneh?” jawabnya santai. “Bukannya kamu yang paling aneh? ngaca dong!!!, balas si kancil. “Hei, lihatlah dirimu kancil tak semestinya kau berbuat begitu kepada kami” balas si monyet.
“Apa maksudmu?”
“Tidakkah kau sadar, akibat perbuatanmu itu hewan-hewan di hutan menjadi pemalas”
“Mengapa salah aku? aku tidak meminta mereka seperti itu”
“Sekarang aku Tanya, makhluk apakah engkau wahai kancil?”
“Hewan tulen”
“Hewan apakah engkau?”
“Hewan soliter”
“Kenapa engkau memberi makan kepada hewan lain yang bukan spesiesmu?”
“Aku kasihan, karena mereka susah mencari makan”
“Tahukah engkau, sesungguhnya engkau sudah keluar dari fitrahmu, kancil yang benar adalah yang penyendiri dan suka menipu. Akibat perbuatanmu hewan-hewan lain juga sudah keluar dari fitrahnya. Sedekah memang trend di kalangan manusia, dan kau malah ikut-ikutan seperti mereka. Bagi mereka engkau memang binatang yang baik, tapi engkau juga binatang yang hilang jati dirinya, karena kancil yang benar adalah seperti yang aku sebutkan tadi. Apakah harus kuulangi lagi? Kurasa tidak perlu karena sepertinya kau masih ingat. Hati-hati wahai kancil, bila semua hewan berbuat sepertimu kehancuran alam semakin dekat.”
“Apa maksudmu?”
“Tidakkah kau sadar, akibat perbuatanmu itu hewan-hewan di hutan menjadi pemalas”
“Mengapa salah aku? aku tidak meminta mereka seperti itu”
“Sekarang aku Tanya, makhluk apakah engkau wahai kancil?”
“Hewan tulen”
“Hewan apakah engkau?”
“Hewan soliter”
“Kenapa engkau memberi makan kepada hewan lain yang bukan spesiesmu?”
“Aku kasihan, karena mereka susah mencari makan”
“Tahukah engkau, sesungguhnya engkau sudah keluar dari fitrahmu, kancil yang benar adalah yang penyendiri dan suka menipu. Akibat perbuatanmu hewan-hewan lain juga sudah keluar dari fitrahnya. Sedekah memang trend di kalangan manusia, dan kau malah ikut-ikutan seperti mereka. Bagi mereka engkau memang binatang yang baik, tapi engkau juga binatang yang hilang jati dirinya, karena kancil yang benar adalah seperti yang aku sebutkan tadi. Apakah harus kuulangi lagi? Kurasa tidak perlu karena sepertinya kau masih ingat. Hati-hati wahai kancil, bila semua hewan berbuat sepertimu kehancuran alam semakin dekat.”
Seketika itu monyet itu menghilang dari pandangannya, si kancil pun sadar akan perbuatannya dan sadar pula dari mabuknya. Tak lama setelah kejadian itu, dia pun kembali ke jatidirinya dan mengajak hewan lain menjadi dirinya sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar