GORONTALO
Provinsi Gorontalo adalah sebuah provinsi di Indonesia. Sebelumnya, semenanjung Gorontalo (Hulondalo) merupakan wilayah Kabupaten Gorontalo dan Kota Madya Gorontalo di Sulawesi Utara. Seiring dengan munculnya pemekaran wilayah berkenaan dengan otonomi daerah di Era Reformasi, provinsi ini kemudian dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2000, tertanggal 22 Desember 2000 dan menjadi Provinsi ke-32 di Indonesia. Ibukota Provinsi Gorontalo adalah Kota Gorontalo(sering disebut juga Kota Hulondalo) yang terkenal dengan julukan "Kota Serambi Madinah".
Provinsi Gorontalo terletak di Pulau Sulawesi bagian utara atau di bagian barat dari Provinsi Sulawesi Utara. Luas wilayah provinsi ini 12.435,00 km² dengan jumlah penduduk sebanyak 1.062.883 jiwa (berdasarkan Data Sensus Penduduk tahun 2011, Badan Pusat Statistik Provinsi Gorontalo), dengan tingkat kepadatan penduduk 92 jiwa/km². Ditengarai, penyebaran Diaspora Orang Gorontalo telah mencapai 5 kali lipat dari total penduduknya sekarang yang tersebar di seluruh dunia.
Provinsi Gorontalo berdiri secara resmi sejak tanggal 22 Desember tahun 2000, melalui penetapan sidang paripurna DPR RI. Namun, masyarakat bersama Pemerintah Provinsi Gorontalo menyetujui bila peringatan Hari Lahir Provinsi Gorontalo jatuh pada tanggal 16 Februari tahun 2001, ditandai dengan dilantiknya penjabat Gubernur pertama pada saat itu.
Provinsi Gorontalo secara keseluruhan memiliki 76 kecamatan serta 730 Desa/Kelurahan. Data ini terus mengalami perubahan seiring dengan adanya rencana pemekaran daerah otonom baru (DOB) di Provinsi Gorontalo yang diprediksi akan selesai pada tahun 2020 mendatang.
Provinsi Gorontalo menjadi salah satu daerah hasil pemekaran yang terbilang sukses. Seperti halnya daerah lain, Provinsi Gorontalo pun memiliki berbagai julukan, diantaranya:
- "Provinsi Agropolitan"
- "Bumi Maleo"
- "Provinsi Minapolitan"
- "Bumi Para Sastrawan"
- "Bumi 1001 Sultan"
Daftar isi
[sembunyikan]Sejarah[sunting | sunting sumber]
Menurut catatan sejarah, Jazirah Semenanjung Gorontalo (Gorontalo Peninsula) terbentuk kurang lebih 1300 tahun lalu, dimana Kerajaan Suwawa telah ditemukan berdiri pada sekitar tahun 700 Masehi atau pada abad ke-8 Masehi.[4] Hal ini diperkuat dengan ditemukannya makam para Raja di tepian hulu sungai Bulawa. Tidak hanya itu, makam Raja Suwawa lainnya dapat kita temukan di hulu sungai Bone, yaitu makam Raja Moluadu (salah seorang Raja di Kerajaan Suwawa) bersama dengan makam istrinya dan anaknya.[5]
Namun, sebagai salah satu jazirah tertua di Sulawesi dan Nusantara, Semenanjung Gorontalo pun tidak hanya memiliki catatan sejarah pada prasasti makam-makam Rajanya dahulu, melainkan pula memiliki situs prasejarah yang telah ditemukan. Situs Oluhuta, merupakan sebuah situs prasejarah dan memiliki makam prasejarah didalamnya. hal ini dapat menjadi bukti bahwa Gorontalo telah memiliki peradaban yang sangat lampau.[6]
Sementara itu, Kota Gorontalo merupakan salah satu kota tua di Pulau Sulawesi selain Kota Makassar, Parepare danManado. Diperkirakan, Kota Gorontalo sudah terbentuk sejak kurang lebih 400 tahun yang lalu atau sekitar tahun 1500-an pada abad ke-16. Kota Gorontalo pada saat itu menjadi salah satu pusat penyebaran agama Islam di Kawasan Timur Indonesia, selain Ternate (sekarang bagian dari Provinsi Maluku Utara) dan Bone (sekarang bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan).
Seiring dengan penyebaran agama tersebut, Kota Gorontalo akhirnya menjadi pusat pendidikan dan perdagangan masyarakat di wilayah "Tomini-Bocht" sepertiBolaang Mongondow (Sulawesi utara), Buol Toli-Toli, Luwuk Banggai, Donggala(Sulteng) bahkan sampai ke Sulawesi Tenggara. Hal ini dikarenakan, Kota Gorontalo memiliki letak yang sangat strategis, posisinya menghadap langsung keTeluk Tomini (bagian selatan) dan Laut Sulawesi (bagian utara).
Kerajaan Gorontalo mulanya berada di Kelurahan Hulawa Kecamatan Telaga sekarang, tepatnya di pinggiran sungai Bolango. Menurut Penelitian, pada tahun 1024 H, kota Kerajaan ini dipindahkan dari Keluruhan Hulawa ke Dungingi Kelurahan Tuladenggi Kecamatan Kota Barat sekarang. Kemudian dimasa Pemerintahan Sultan Botutihe kota Kerajaan ini dipindahkan dari Dungingi di pinggiran sungai Bolango, ke satu lokasi yang terletak antara dua kelurahan yaitu Kelurahan Biawao dan Kelurahan Limba B. Dengan letaknya yang stategis yang menjadi pusat pendidikan dan perdagangan serta penyebaran agama islam maka pengaruh Gorontalo sangat besar pada wilayah sekitar, bahkan menjadi pusat pemerintahan yang disebut dengan Kepala Daerah Sulawesi Utara Afdeling Gorontalo yang meliputi Gorontalo dan wilayah sekitarnya seperti Buol ToliToli dan, Donggala dan Bolaang Mongondow.
Sebelum masa penjajahan keadaaan daerah Gorontalo berbentuk kerajaan-kerajaan yang diatur menurut hukum adat ketatanegaraan Gorontalo. Kerajaan-kerajaan itu tergabung dalam satu ikatan kekeluargaan yang disebut "Pohala'a". Menurut Haga (1931) daerah Gorontalo ada lima pohala'a :
- Pohala'a Gorontalo
- Pohala'a Limboto
- Pohala'a Suwawa
- Pohala'a Boalemo
- Pohala'a Atinggola
Dengan hukum adat itu maka Gorontalo termasuk 19 wilayah adat di Indonesia. Antara agama dengan adat di Gorontalo menyatu dengan istilah "Adat bersendikan Syara' dan Syara' bersendikan Kitabullah". Pohalaa Gorontalo merupakan pohalaa yang paling menonjol di antara kelima pohalaa tersebut. Itulah sebabnya Gorontalo lebih banyak dikenal. Asal usul nama Gorontalo terdapat berbagai pendapat dan penjelasan antara lain :
- Berasal dari "Hulontalangio", nama salah satu kerajaan yang dipersingkat menjadi hulontalo.
- Berasal dari "Hua Lolontalango" yang artinya orang-orang Gowa yang berjalan lalu lalang.
- Berasal dari "Hulontalangi" yang artinya lebih mulia.
- Berasal dari "Hulua Lo Tola" yang artinya tempat berkembangnya ikan Gabus.
- Berasal dari "Pongolatalo" atau "Puhulatalo" yang artinya tempat menunggu.
- Berasal dari Gunung Telu yang artinya tiga buah gunung.
- Berasal dari "Hunto" suatu tempat yang senantiasa digenangi air
Harbour Gorontalopelabuhan gorontalo selalu ramaiJadi asal usul nama Gorontalo (arti katanya) tidak diketahui lagi, namun jelas kata "hulondalo" hingga sekarang masih hidup dalam ucapan orang Gorontalo dan orang Belanda karena kesulitan dalam mengucapkannya diucapkan dengan Horontalo dan bila ditulis menjadi Gorontalo.
Pada tahun 1824 daerah Limo Lo Pohalaa telah berada di bawah kekusaan seorang asisten Residen disamping Pemerintahan tradisonal. Pada tahun 1889 sistem pemerintahan kerajaan dialihkan ke pemerintahan langsung yang dikenal dengan istilah "Rechtatreeks Bestur". Pada tahun 1911 terjadi lagi perubahan dalam struktur pemerintahan Daerah Limo Lo Pohalaa dibagi atas tiga Onder Afdeling yaitu :
- Onder Afdeling Kwandang
- Onder Afdeling Boalemo
- Onder Afdeling Gorontalo
Selanjutnya pada tahun 1920 berubah lagi menjadi lima distrik yaitu :
- Distrik Limboto
- Distrik Bone
- Distrik Gorontalo
- Distrik Boalemo
Pada tahun 1922 Gorontalo ditetapkan menjadi tiga Afdeling yaitu :
- Afdeling Gorontalo
- Afdeling Boalemo
- Afdeling Buol
Sebelum kemerdekaan Republik Indonesia, rakyat Gorontalo dipelopori oleh Bpk H. Nani Wartabone berjuang dan merdeka pada tanggal 23 Januari 1942. Selama kurang lebih dua tahun yaitu sampai tahun 1944 wilayah Gorontalo berdaulat dengan pemerintahan sendiri. Perjuangan patriotik ini menjadi tonggak kemerdekaan bangsa Indonesia dan memberi imbas dan inspirasi bagi wilayah sekitar bahkan secara nasional. Oleh karena itu Bpk H. Nani Wartabone dikukuhkan oleh Pemerintah RI sebagai pahlawan perintis kemerdekaan.
Pada dasarnya masyarakat Gorontalo mempunyai jiwa nasionalisme yang tinggi. Indikatornya dapat dibuktikan yaitu pada saat "Hari Kemerdekaan Gorontalo" yaitu 23 Januari 1942 dikibarkan bendera merah putih dan dinyanyikan lagu Indonesia Raya. Padahal saat itu Negara Indonesia sendiri masih merupakan mimpi kaum nasionalis tetapi rakyat Gorontalo telah menyatakan kemerdekaan dan menjadi bagian dari Indonesia.
Selain itu pada saat pergolakan PRRI Permesta di Sulawesi Utara masyarakat wilayah Gorontalo dan sekitarnya berjuang untuk tetap menyatu dengan Negara Republik Indonesia dengan semboyan "Sekali ke Djogdja tetap ke Djogdja" sebagaimana pernah didengungkan pertama kali oleh Ayuba Wartabone di Parlemen Indonesia Timur ketika Gorontalo menjadi bagian dari Negara Indonesia Timur.
Sistem Pemerintahan[sunting | sunting sumber]
Pemerintahan di daerah Gorontalo pada masa perkembangan kerajaan-kerajaan adalah bersifat monarkikonstitusional, yang pada awal mula pembentukan kerajaan-kerajaan tersebut berakar pada kekuasaan rakyat yang menjelmakan diri dalam kekuasaan Linula, yang sesungguhnya menurutkan azas demokrasi. Organisasi pemerintahan dalam kerajaan terbagi atas tiga bagian dalam suasana kerjasama yang disebut "Buatula Totolu", yaitu :
- Buatula Bantayo; dikepalai oleh Bate yang bertugas menciptakan peraturan-peraturan dan garis-garis besar tujuan kerajaan.
- Buatula Bubato; dikepalai oleh Raja (Olongia) dan bertugas melaksanakan peraturan serta berusaha mensejahterakan masyarakat.
- Buatula Bala; yang pada mulanya dikepalai oleh Pulubala, bertugas dalam bidang pertahanan dan keamanan.
Olongia Lo Lipu (Maha Raja Kerajaan) adalah kepala pemerintahan tertinggi dalam kerajaan tetapi tidak berkuasa mutlak. Ia dipilih oleh Bantayo Poboide dan dapat dipecat atau di mazulkan juga oleh Bantayo Poboide. Masa jabatannya tidak ditentukan, tergantung dari penilaian Bantayo Poboide. Hal ini membuktikan bahwa kekuasaan tertinggi dlm kerajaan berada dalam tangan Bantayo Poboide sebagai penjelmaan dari pd kekuasaan rakyat.
salah satu jogugu pada tahun 1870 sebagai penguasa tertinggi dalam kerajaan, terdapat pula jabatan tinggi lainnya yaitu "Patila" (Mangku Bumi) selanjutnya disebut Jogugu. Wulea Lo Lipu (Marsaoleh) setingkat dengan camat. Disamping Olongia dan pembantu-pembantunya sebagai pelaksana pemerintahan seharihari terdapat suatu Badan Musyawarah Rakyat (Bantayo Poboide) yang diketuai oleh seorang Bate. Setiap kerajaan mempunyai suatu Bantayo Poboide yang berarti bangsal tempat bermusyawarah. Di dalam bangsal inilah diolah dan dirumuskan berbagai persoalan negeri, sehingga tugas Bantayo Poboide dapat diperinci sebagai berikut :
- Menetapkan adat dan hukum adat.
- Mendampingi serta mengawasi pemerintah.
- Menggugat Raja.
- Memilih dan menobatkan Raja dan pembesar-pembesar lainnya.
Bantayo Poboide dalam menetapkan sesuatu, menganut musyawarah dan mufakat untuk menghendaki suatu kebulatan suara dan bersama-sama bertanggung jawab atas setiap keputusan bersama. Demikianlah gambaran singkat tentang sejarah dan pemerintahan pada kerajaan-kerajaan di Daerah Gorontalo yang berlandaskan kekuasaan rakyat atau demokrasi.
Letak Geografis[sunting | sunting sumber]
Wilayah Provinsi Gorontalo yang pada zaman kolonial Belanda dikenal dengan sebutan "Semenanjung Gorontalo" (Gorontalo Peninsula) terletak pada bagian utara Pulau Sulawesi, tepatnya pada 0° 19′ 00” - 1° 15′ 00” LU (Lintang Utara) dan 121° 23′ 00” - 125° 14′ 00” BT (Bujur Timur).
Letak Provinsi Gorontalo sangatlah strategis, karena diapit oleh dua perairan, yaitu Teluk Gorontalo atau yang lebih dikenal dengan nama Teluk Tomini di sebelah Selatan dan Laut Sulawesi di sebelah Utara. Dalam catatan sejarah maritim Nusantara, Laut Sulawesi menjadi penting karena merupakan jalur pelayaran dari pulau Sulawesi menuju Filipina yang juga melalui jalur wilayah perairan Kesultanan Sulu di sebelah Timur dari Negara Malaysia.
Sedangkan Teluk Gorontalo atau Teluk Tomini sejak dahulu kala menjadi sumber kehidupan penduduk Kerajaan-Kerajaan yang bermukim di sekitarnya. Teluk ini pun sejak dahulu ramai oleh lalu lintas pelayaran dan perdagangan, karena menjadi tempat bertemunya Kerajaan yang berada di kawasan "Tomini-Bocht" (wilayah kawasan Teluk Tomini), Ternate, Buton, bahkan menjadi jalur masuknya perantau dari Hokkian (Tiongkok) serta dari Jazirah Arab.
Kependudukan[sunting | sunting sumber]
Hasil Sensus Penduduk di tahun 2011, jumlah penduduk di Provinsi Gorontalo sebesar 1.062.883 jiwa yang terdiri atas 534.027 jiwa laki-laki dan 528.856 jiwa perempuan. Laju pertumbuhan penduduk di Provinsi Gorontalo tahun 2011mencapai 2,00 persen/tahun. Jumlah penduduk terbanyak berada di wilayah Kabupaten Gorontalo dengan penduduk sebanyak 355.988 jiwa, sedangkan jumlah penduduk terkecil berada di Kabupaten Gorontalo Utara sebanyak 106.139 jiwa.
Tahun | 1990 | 2000 | 2002 | 2003 | 2004 | 2005 | 2006 | 2007 | 2008 | 2009 | 2010 | 2011 |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Jumlah penduduk | 715.508 | 830.184 | 855.057 | 881.057 | 896.004 | 909.083 | 941.444 | 960.335 | 972.208 | 983.952 | 1.040.164 | 1.062.883 |
Kependudukan Provinsi Gorontalo Sumber:[7][8][9] |
Batas Wilayah[sunting | sunting sumber]
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Gorontalo[10], batas wilayah Provinsi Gorontalo adalah sebagai berikut:
- Utara: Laut Sulawesi
- Timur: Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dan Bolaang Mongondow Selatan, Provinsi Sulawesi Utara
- Selatan: Teluk Tomini
- Barat: Kabupaten Parigi Moutong dan Buol, Provinsi Sulawesi Tengah
Pemerintahan[sunting | sunting sumber]
Kabupaten dan Kota[sunting | sunting sumber]
Pada awal berdirinya Provinsi Gorontalo, daerah otonom ini hanya terdiri dari 2kabupaten dan 1 kota. Namun, setelah adanya pemekaran, maka Provinsi Gorontalo kini terdiri dari 5 kabupaten dan 1 kota, yaitu sebagai berikut.
Kabupaten/Kota | Ibu kota | Dasar Hukum | Luas (km2) | Persentase |
---|---|---|---|---|
Kabupaten Boalemo[11] | Tilamuta | UU No.50 Tahun 1999 | 1.736,61 | 13,97% |
Kabupaten Bone Bolango[12] | Suwawa | UU No.6 Tahun 2003 | 1.891,49 | 15,21% |
Kabupaten Gorontalo[11] | Limboto | UU No.29 Tahun 1959 | 2.143,48 | 17,24% |
Kabupaten Gorontalo Utara[12] | Kwandang | UU No.11 Tahun 2007 | 2.141,86 | 17,22% |
Kabupaten Pohuwato[13] | Marisa | UU No.6 Tahun 2003 | 4.455,60 | 35,83% |
Kota Gorontalo[11] | Gorontalo | UU No.38 Tahun 2000 | 65,96 | 0,53% |
Kecamatan dan Desa/Kelurahan[sunting | sunting sumber]
Wilayah administrasi Provinsi Gorontalo terdiri atas 76 kecamatan dan 730desa/kelurahan yang tersebar di semua kabupaten/kota sebagai berikut.
Kabupaten/Kota | Jumlah Kecamatan | Jumlah Desa/Kelurahan |
---|---|---|
Kabupaten Boalemo | 7 | 82 |
Kabupaten Bone Bolango | 18 | 165 |
Kabupaten Gorontalo | 18 | 205 |
Kabupaten Gorontalo Utara | 11 | 123 |
Kabupaten Pohuwato | 13 | 105 |
Kota Gorontalo | 9 | 50 |
Total | 76 | 730 |
Rencana pemekaran daerah otonom baru[sunting | sunting sumber]
Sekarang ini, pemekaran daerah otonom baru (DOB) di Provinsi Gorontalo tinggal menunggu ketukan palu sidang paripurna DPR RI pada akhir bulan Mei 2014. Hal ini terkait setelah disetujuinya daerah pemekaran baru Kabupaten Panipi, Kabupaten Boliyohuto dan Kabupaten Gorontalo Barat oleh DPD RI. Disisi lain, Pemerintah Provinsi juga sedang merencanakan pembentukan daerah otonom baru yang nantinya akan berstatus sebagai kota madya, yaitu: kecamatan Marisa di kabupatenPohuwato, kecamatan Anggrek di Kabupaten Gorontalo Utara dan kecamatanLimboto di kabupaten Gorontalo.
Ketiga daerah ini akan diusahakan menjadi daerah otonom karena memiliki potensi yang besar di Provinsi Gorontalo. Kecamatan Marisa dinilai memiliki kegiatan ekonomi masyarakat yang maju dan terus berkembang dengan sumber pendapatan pada Hasil Pertambangan. Sementara itu, Kecamatan Anggrek dinilai layak menjadi Kota dengan adanya Pelabuhan. Pelabuhan Anggrek sekarang sedang berada pada tahap pengerjaaan proyek pengembangan pelabuhan sesuai yang direncanakan dalam MP3EI. Pelabuhan Anggrek dalam perencanaan MP3EI akan menjadi Pelabuhan Nusantara berskala Internasional. Demi mendukung pengembangan kecamatan Anggrek, Depo Pertamina yang terletak di Kota Gorontalo sekarang sedang dalam proses pemindahan ke kawasan Pelabuhan Anggrek. hal ini demi mempercepat arus ditribusi Pertamina dari yang sebelumnya harus berputar menuju Teluk Tomini, kini dapat langsung menuju pelabuhan di Laut Sulawesi.
Sedangkan kecamatan Limboto dari aspek historis dan perkembangan memenuhi syarat menjadi Kota Madya karena selain daerah ini menjadi bagian dari kejayaan Kerajaan kembar bersaudara Gorontalo-Limboto atau Limboto-Gorontalo yang diikat oleh perjanjian kekerabatan "Duluwo Limo Lo Pohala'a", wilayah ini juga menjadi pusat pendidikan dan kebudayaan di Provinsi Gorontalo. Hal ini tentunya akan membuat ketiga daerah ini sudah sangat layak untuk dijadikan Kota Madya (daerah otonom baru) di Provinsi Gorontalo.
Jika pembentukan daerah otonom baru terwujud paling cepat pada tahun 2017 mendatang, maka Provinsi Gorontalo akan terbagi atas Kota Gorontalo, Kota Limboto, Kota Marisa, Kota Anggrek, Kabupaten Gorontalo (Ibukota: Isimu), Kabupaten Bone Bolango (Ibukota: Suwawa), Kabupaten Boalemo (Ibukota: Tilamuta), Kabupaten Pohuwato (Ibukota: Paguat), Kabupaten Gorontalo Utara (Ibukota: Kwandang), Kabupaten Panipi (Ibukota: Tabongo), Kabupaten Boliyohuto (Ibukota: Tolangohula) dan Kabupaten Gorontalo Barat (Ibukota: Lemito). Total nantinya Provinsi Gorontalo akan terbagi dalam 12 wilayah Kota dan Kabupaten.
Pergeseran Ibukota Kabupaten akan terjadi jika benar adanya pembentukan daerah otonom baru seperti yang telah disebutkan sebelumnya diatas. Daerah yang mengalami pergeseran Ibukota yaitu Kabupaten Gorontalo, dimana ibukotanya akan berada di Kecamatan Isimu. Sedangkan ibukota Kabupaten Pohuwato akan berada di Kecamatan Paguat.
Daftar Gubernur[sunting | sunting sumber]
No | Foto | Nama | Mulai Jabatan | Akhir Jabatan | Keterangan |
1. | Tursandi Alwi | 16 Februari2001 | 12 September2001 | Pejabat Gubernur, Dilantik oleh Mendagri dan Otonomi DaerahSurjadi Soedirdja | |
2. | Fadel Muhammad | 12 September 2001 | 17 Januari 2007 | Pasangan Ir. Fadel Muhammad dan Ir. Gusnar Ismail MM adalah pasangan Gubernur-Wakil Gubernur periode 2001-2006 | |
17 Januari 2007 | 21 Oktober 2009 | Pasangan Ir. Fadel Muhammad dan Ir. Gusnar Ismail MM adalah pasangan Gubernur-Wakil Gubernur periode 2007-2012. Ini merupakan periode ke-2 pasangan ini. | |||
3. | Dr. Ir. H. Gusnar Ismail, M.M. | 26 Oktober 2009 | 16 Januari 2012 | Diangkat menjadi gubernur karena Fadel Muhammad diangkat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan RI. | |
4. | Rusli Habibie | 16 Januari 2012 | Petahana |
Ekonomi[sunting | sunting sumber]
Semenanjung Gorontalo merupakan salah satu jalur perdagangan di Indonesia sejak zaman dahulu.
Perekonomian di Provinsi Gorontalo sekarang ini menjadi salah satu perekonomian yang paling pesat perkembangannya di Indonesia. Sektor pertanian, perikanan dan jasa adalah sektor yang di andalkan di Provinsi ini karena memiliki konstribusi yang besar bagi pendapatan asli daerah.
Dalam rangka mewujudkan Provinsi Gorontalo sebagai Provinsi Agropolitan, maka berbagai upaya terus dilakukan. Pemerintah Provinsi melakukan berbagai macam program pembangunan, diantaranya melalui perbaikan infrastruktur sebagai pilar pemacu pembangunan, penyediaan sarana produksi pertanian, penyediaan dana penjamin, peningkatan SDM pertanian, memperlancar pemasaran dengan jaminan harga dasar dan lain lain, serta dengan menyusun berbagai program, seperti:
- Pengembangan tanaman pangan, di versifikasi pangan dan ketahanan pangan daerah;
- Pengembangan agropolitan menuju satu jutaan ton jagung;
- Pengembangan agro bisnis;
- Peningkatan peran dan fungsi kelembagaan petani melalui pembedayaan masyarakat pertanian.
Dalam mengembangkan potensi dan keanekaragaman sumber daya alam di Provinsi Gorontalo, terdapat beberapa peluang investasi untuk dikembangkan, seperti: investasi di bidang agro bisnis (pertanian dan perkebunan), termasuk juga agro industri (nata de coco, minyak kelapa dan Dubuk santan) serta di bidang pertambangan (emas, granit, dll.).
Prioritas pengembangan selama lima tahun ke depan diproyeksikan pada komoditi jagung dengan luas areal produksi jagung tahun 2004 seluas 35.692,450 ha, dengan jumlah produksi sebanyak 323,065 ton dan untuk jagung louning sendiri telah berhasil di ekspor sebesar 9.148 ton. Dari luas wilayah Provinsi Gorontalo seluas 1.221.544 ha, untuk areal potensial pertanian seluas 463.649,09 ha atau 37,95%, tetapi yang baru di manfaatkan seluas 148.312,78 ha (32%) atau masih terdapat peluang pengembangan lahan 315.336,31 ha.
Wilayah Provinsi Gorontalo merupakan daerah agraris dengan keadaan topografi datar, berbukit-bukit sampai dengan bergunung sehingga berbagai jenis tanaman pangan dapat tumbuh dengan baik di daerah ini. Luas lahan kering adalah 215.845,00 ha. Sedangkan rawa-rawa (tegalan) seluas 1.580,00 ha, Luas areal produksi padi pada tahun 2006 yaitu 45.027 ha dengan jumlah produksi tahun 2006 sebanyak 197.600,94 ton dan mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2005 yang mempunyai luas areal 37.831 ha dengan jumlah produksi sebanyak 164.168 ton.
Luas areal produksi kedelai pada tahun 2006 adalah 5.217 ha dengan jumlah produksi 6.767,21 ton, mengalami peningkatan jika dibandingkan pada tahun 2005 yang mempunyai luas areal produksi 2.677 ha dengan jumlah produksi 3.738 ton. Luas areal produksi kacang tanah pada tahun 2006 adalah 2.825 ha dengan jumlah produksi 3.316,79 ton meningkat jika dibandingkan pada tahun 2005 yang mempunyai luas areal 4.335 ha dengan jumlah produksi mencapai 5.371 ton. Luas areal produksi ubi kayu pada tahun 2006 adalah seluas 853 ha dengan jumlah produksi mencapai 9.742,0 ton. Luas areal produksi Singkong dan umbi-umbian seluas 894,70 dengan jumlah produksi sebanyak 10.041 ton. Luas areal produksi sayur-sayuran pada tahun 2006 adalah 3.674 ha dengan jumlah produksi mencapai 74,44 ton/ha.
Jika dilihat dari data luas kawasan hutan Provinsi Gorontalo pada tahun 2004 berdasarkan TGHK (Tata Guna Hutan Kesepakatan), maka luas kawasan hutan Provinsi Garontalo seluas 826.378,12 ha, yang terdiri dari: hutan lingdsing seluas 165.488,67 ha, hutan konservasi seluas 20.135,60 ha, hutan produksi terbatas seluas 342.449,55 ha, dan hutan produksi seluas 100.684,45 ha. Dari seluruh luas hutan tersebut hasil kayu yang di dapat mencapai total 14.808.000 m³.
Kawasan laut di Provinsi Gorontalo, terutama di Teluk Gorontalo atau Teluk Tomini, menyimpan banyak potensi alam karena merupakan satu satu teluk yang dilalui garis khatulistiwa. Perikanan dan kelautan merupakan sektor unggulan bagi Provinsi Gorontalo yang memiliki garis pantai yang cukup panjang. Garis pantai wilayah Utara dan Selatan masing masing memiliki panjang sekitar 270 kilometer dan 320 kilometer. Potensi sumber daya perikanan di Provinsi Gorontalo berada di tiga perairan, yakni Teluk Tomini (Teluk Gorontalo), Laut Sulawesi, dan Zone Ekonomi Eksklusif (ZEE) Laut Sulawesi. Sayangnya, tingkat pemanfaatan perikanan tangkap baru 24,05% atau 19.771 ton per tahun.
Potensi kelautan lainnya yang menjadi unggulan, yaitu budi daya rumput laut yang didukung program Gerakan Menanam Rumput Laut (Gemar Laut), sementara pemanfaatan lahannya baru mencapai sekitar 850 ha dengan produksi 4.250 ton/ha/tahun.
Provinsi Gorontalo memiliki letak geografi yang strategis untuk perekonomian nasional, kerana memiliki jalur perdagangan yang langsung berhadapan dengan negara-negara tetangga seperti Filipina, Malaysia, Brunei Darussalam, Hongkong,Taiwan, Jepang, dan Korea Selatan. Selain itu Provinsi Gorontalo juga merupakan salah satu daerah yang menjadi pintu masuk jalur perdagangan dari benua Amerika ke negara - negara di Asia Pasifik, seperti Brunei Darussalam, Singapura, dan Malaysia. Tidaklah berlebihan jika Pemerintah Pusat menilai bahwa Provinsi Gorontalo menjadi salah satu tulang punggung penggerak roda ekonomi, pendidikan dan kebudayaan di Kawasan Timur Indonesia.
Arti Lambang Daerah[14][sunting | sunting sumber]
- Lambang Daerah Provinsi Gorontalo pada bagian luar berbentuk jantung yang memberi makna kesetiaan sebagai pelindung kehidupan rakyat Gorontalo.
- Lambang Daerah Provinsi Gorontalo pada bagian dalam berbentuk bulat lonjong atau bulat telur yang memberi makna adanya gagasan, ide atau cita-cita yang indah, yang kelak menetas menjadi sesuatu kesejahteraan hidup rakyat Gorontalo.
- Lambang Daerah Provinsi Gorontalo dengan bentuk dalam yang menampakkan keserasian formasi gambar yang terdiri dari warna putih di tengah dan diikuti oleh posisi padi-bintang, kapas-rantai memberi makna adanya keteraturan adat, agama, hukum dalam semua pola kehidupan masyarakat.
Lambang Daerah Provinsi Gorontalo memiliki nuansa Global :
- Warna biru keunguan adalah warna yang memberi makna tenang, setia dan selalu ingin mempertahankan kebenaran dan harapan masa depan yang cerah.
- Model pohon kelapa yang melengkung memberi makna gerak dinamis dan tidak diam tetapi selalu berbuat untuk masa depan.
- Sayap maleo yang mengembang memberi makna dinamika siap untuk tinggal landas dan siap bersaing.
d. Buku yang terbuka melambangkan keinginan masyarakat untuk siap meraih prestasi dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta Iman dan Taqwa secara terus menerus.
- Bintang mengandung makna global jika dikaitkan dengan cita-cita yang tinggi yaitu "Gantungkan cita-cita setinggi bintang di langit"
- Pita mempunyai makna keinginan masyarakat Gorontalo untuk menyerap, merekam dan memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi.
Lambang Daerah Gorontalo memiliki nuansa Nasional :
- Padi dan Kapas yang mengandung makna kemakmuran dan kesejahteraan seperti pada Pancasila.
- Rantai mempunyai makna adanya pengakuan persatuan dan kesatuan dalam kerangka Bhineka Tunggal Ika.
Lambang daerah Gorontalo memiliki nuansa Lokal :
- Bintang adalah lambang keagamaan, sehingga selaras dengan filosofi "Adat bersendikan syara, syara bersendikan Kitabullah".
- Benteng bermakna masyarakat Gorontalo teguh dan kokoh mempertahankan Harga diri, Martabat, Adat, Agama dan Negara
- Rantai mempunyai makna adanya pengakuan persatuan dan kesatuan dalam kerangka Bhineka Tunggal Ika.
Arti Simbol[sunting | sunting sumber]
- Model pohon kelapa yang melengkung: gerak dinamis dan tidak diam, tetapi selalu berbuat untuk masa depan.
- Sayap maleo yang mengembang: dinamika siap untuk tinggal landas dan siap bersaing serta berjumlah 16 helai menandakan tanggal kelahiran Provinsi Gorontalo (16 Februari 2001).
- Buku yang terbuka: keinginan masyarakat untuk untuk siap meraih prestasi dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta Iman dan Taqwa secara terus menerus.
- Bintang: cita-cita yang tinggi dan lambang keagamaan.
- Pita: keinginan masyrakat Gorontalo untuk menyerap, merekam, dan memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi.
- Padi dan Kapas: kemakmuran dan kesejahteraan (seperti pada Pancasila).
- Rantai: pengakuan persatuan dan kesatuan dalam kerangka Bhineka Tunggal Ika serta berjumlah 23 butir melambangkan tanggal 23 Januari.
- Kapas yang berjumlah 19 buah dan padi berjumlah 42 butir melambangkan tahun 1942.
Arti Warna[sunting | sunting sumber]
- Ungu: bermakna tenang dan setia
- Hijau: bermakna Kesuburan
- Kuning: keagungan dan kemuliaan.
- Putih: kesucian dan keluhuran.
- Merah: keberanian dan perjuangan.
Lambang/Simbol Khas
Seperti halnya daerah lain di Nusantara, Provinsi Gorontalo pun memiliki simbol pemaknaan harkat dan martabat, baik itu melalui Hewan ataupun Tumbuhan. Adapun Simbol atau Lambang Khas daerah Gorontalo yaitu:
- Burung Maleo
- Ukiran Bambu berkepala Buaya
- Pohon Pinang
Falsafah Hidup
Selain menjadi salah satu suku tertua di Nusantara, Suku Gorontalo pun menjadi salah satu dari 19 daerah adat di Nusantara. Oleh karenanya, pasti memiliki kearifan lokal yang luhur. Seperti peradaban lainnya, Masyarakat Gorontalo memiliki falsafah hidup yang di pegang erat dan diyakini teguh dalam kehidupan sampai sekarang, diantaranya adalah:
- Aadati hula-hula to Sara', Sara' hula-hula to Kuru'ani (Adat bersendikan Syara', Syara' bersendikan Al-Quran)
- Mohuyula (Bahu membahu atau Bergotong royong)
- Mopotuwawu Kalibi, Kauli, wawu Pi'ili (Menyatukan Hati, Perkataan, dan Perbuatan)
- Batanga Pomaya, Nyawa Podungalo, Harata Potombulu (Jasad membela tanah air, Jiwa dipertaruhkan, Harta bagi kemaslahatan orang banyak)
- Lo Iya Lo Ta Uwa, Ta Uwa Loloiya, Bo'odila Polusia Hilawo (Pemimpin itu penuh dengan Kewibawaan, Maka tidaklah dirinya Sewenang-wenang)
Bahasa daerah[sunting | sunting sumber]
Pada dasarnya terdapat banyak bahasa daerah di Gorontalo. Namun hanya tiga bahasa yang cukup dikenal masyarakat di wilayah ini, yaitu Bahasa Gorontalo, Bahasa Suwawa (disebut juga Bahasa Bonda), dan Bahasa Atinggola (Bahasa Andagile). Dalam proses perkembangannya Bahasa Gorontalo lebih dominan sehingga menjadi lebih dikenal oleh masyarakat di seantero Gorontalo. Saat ini Bahasa Gorontalo telah dipengaruhi oleh Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu Manado, sehingga kemurnian bahasanya agak sulit diperoleh dalam penuturan Orang Gorontalo.
Demi menjaga kelestarian bahasa daerah, maka diterbitkanlah Kamus Bahasa Gorontalo-Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Suwawa-Bahasa Indonesia serta Kamus Bahasa Atinggola-Bahasa Indonesia. Selain itu, telah berhasil diterbitkan dan disetujui oleh Kementerian Agama Republik Indonesia perihal penerbitan Al-Qur'an yang dilengkapi terjemahan bahasa Gorontalo (Al-Qur'an terjemahan Hulondalo). Disamping itu, pendidikan muatan lokal Bahasa Gorontalo masih terus dipertahankan untuk dijadikan bahan ajar di Sekolah Dasar. Kedepannya, Penelitian Bahasa Daerah Gorontalo diarahkan untuk menelusuri dan menemukan Aksara Gorontalo yang masih misterius dan belum ditemukan sampai sekarang. Hal ini dikarenakan, para Peneliti Sejarah Gorontalo meyakini akan adanya Aksara asli Nenek Moyang Gorontalo meskipun Catatan Buku Tua Gorontalo yang ada di masyarakat sepenuhnya ditulis menggunakan Aksara Arab Pegon (Aksara Arab Gundul)
Adapun contoh penggunaan bahasa daerah dalam kehidupan sehari-hari yang harus tetap dilestarikan:
- Permisi.... = Tabi' ....
- Silahkan... = Toduwolo ....
- Terima Kasih... = Odu'olo ...
- Iya ... = Jo ... (digunakan oleh laki-laki saat menjawab sesuatu)
- Iya ... = Saya ... (digunakan oleh perempuan saat menjawab sesuatu)
Kerajinan Tangan[sunting | sunting sumber]
Setiap daerah pasti memiliki ciri khasnya masing-masing. begitu pula dengan jazirah semenanjung Gorontalo. Masyarakat Gorontalo memiliki ciri khas "sandang" atau pakaian bersama aksesoris yang melengkapinya. Adapun kerajinan tangan khas masyarakat Gorontalo yaitu:
- Upiya Karanji atau Songkok Gorontalo, songkok ini terbuat dari anyaman rotan dan sangat nyaman digunakan karena memiliki sirkulasi udara yang sangat baik. Presiden RI ke-4, Bapak Abdurrahman Wahid atau yang lebih dikenal dengan Gusdur pun setia menggunakan Songkok Gorontalo ini.
- Sulaman Karawo atau Sulaman Kerawang, Sulaman khas Gorontalo ini menjadi kekayaan budaya tersendiri dan bernilai seni tinggi. Kini sulaman Karawo tidak hanya diminati di dalam negeri namun juga di luar negeri.
- Batik Gorontalo, Batik Gorontalo pada dasarnya sama dengan Batik pada umumnya, yang membedakannya hanya pada motif atau corak yang dimuat pada kain batik itu sendiri.
Rumah adat[sunting | sunting sumber]
- Bandayo Po Boide
- Dulohupa
Senjata tradisional[sunting | sunting sumber]
- Wamilo
- Bitu'o (sejenis Keris)
- Sabele (sejenis Parang atau Lilang)
- Travalla
Media Informasi[sunting | sunting sumber]
Sstasiun televisi lokal yang mengudara di Gorontalo yaitu:
- Televisi Republik Indonesia Stasiun Gorontalo (TVRI Gorontalo)
- Gorontalo Televisi (GOTV)
- Seputar Indonesia Televisi Stasiun Gorontalo (SINDOTV Gorontalo)
- CIVICA TV
- VISTA TV
- Rajawali Televisi Stasiun Gorontalo (RTV Gorontalo)
- MIMOZA TV
Adapun stasiun radio yang mengudara di Gorontalo yaitu:
- Kharisma 90,0 FM
- Go Radio 97,5 FM
- SBCFM 88,4 Mhz
- Selebes 101 FM
- Nada 90,8FM
- Kosmonita 87,6 Fm
- BPKB Radio 94,7 FM
- RRI Pro 2 92,4 FM
- RRI Pro 1 101,8 FM
- Poliyama 103,0 FM
- SMEK 95,5 FM
- Memora Gorontalo 104.2 FM
Adapun media cetak lokal yang berada di Gorontalo yaitu:
- Gorontalo Post
- Tribun Gorontalo
- Antara Gorontalo
- Radar Gorontalo
Selain itu, penduduk Kota Gorontalo pada dasarnya tidak perlu menggunakan jasa TV Kabel, karena sejak tahun 2002 sebenarnya telah mengudara hampir seluruh TV Nasional di Gorontalo. Layanan TV Nasional ini dapat dinikmati hanya dengan antena rumah tangga saja. Adapun daftar TV Nasional yang mengudara bebas/relai di Gorontalo yaitu:
- Metro TV
- TV One
- ANTV
- TRANS TV
- TRANS 7
- MNCTV
- GLOBAL TV
- RCTI
- SCTV
- NET TV
- KOMPAS TV
- SINDO TV
Tidak ada komentar:
Posting Komentar